Rabu, 16 Juni 2010

Kapan Terjadinya Kiamat ?



Dalam salah satu hadis, Rasulullah SAW ditanya kapan datangnya hari kiamat/kehancuran. Baginda Nabi bersabda: “Apabila sesuatu urusan dikerjakan oleh orang yang bukan pakar (ahli)-nya maka tunggulah kehancuran”.





Kiamat ini bisa diartikan kehancuran kecil (kiamat sughra) atau kehancuran yang sebenarnya yaitu kiamat kubra. Nampaknya kehancuran yang tengah terjadi sekarang sudah memenuhi syarat untuk didatangkan kiamat yang sebenarnya oleh Allah, karena hampir seluruh penduduk bumi ini sudah sepakat memperpendek ajal dunia. Ini terlihat pada posisi-posisi yang ditempatkan baik dalam urusan pemerintahan atau dalam tataran kepemimpinan sosial di masyarakat. Banyak posisi atau tempat yang ada dalam masyarakat kita sekarang diurus oleh orang yang bukan ahlinya sehingga jelas mereka tidak dapat melaksanakannya, karena latar belakang keilmuannya tidak sesuai dengan bidangnya.



Melihat fenomena yang terjadi di tanah air selama ini, dapat disimpulkan, bahwa kehancuran atau kiamat itu akan dan sedang terjadi secara menyeluruh yang dilakukan oleh anak bangsa ini. Lihat saja berita surat kabar setiap hari membeberkan bacaan yang menarik tentang korupsi, penyalahgunaan hak dan wewenang, gila kuasa, ingin kaya mendadak, intimidasi, perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan sejenisnya. Ketidakadilan sudah membumi, korupsi dan penjenayah terjadi di mana-mana dan uang rakyat dan uang negara dicuri di setiap lembaga Negara dan masyarakat.
Ini terjadi di mana-mana dan yang paling banyak dilakukan oleh pejabat negara atau orang-orang terdidik yang mempunyai kapasitas pendidikan yang lumayan. Hampir setiap hari surat kabar melansir berita-berita miring terhadap pelaku korupsi dan penyalahgunaan hak dan wewenang yang semua itu dimonopoli oleh pejabat negara. Misalnya, mulai dari hakim, jaksa, KPK, Gubernur, Bupati, Walikota, kepala dinas, hingga ke kepala desa sekalipun. Bukankah mereka ini para pengundang kiamat yang sesungguhnya?



Merujuk kepada hadis Nabi di atas dapat dikatakan bahwa apabila umat ini memilih pemimpin yang tidak sesuai dengan profesionalitasnya maka kecenderungan untuk berbuat salah dan sewenang-wenang pasti akan terjadi karena orang-orang yang diberikan amanah itu bukan melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Akan tetapi kebanyakan mereka telah jauh memasuki wilayah-wilayah yang bukan haknya. Inilah masa-masa kehancuran yang sedang kita hadapi di negara tercinta ini. Orang-orang yang level kepemimpinannya atau keilmuannya untuk mengurus satu keluarga dipercayakan untuk mengurus negara dan bangsa sehingga mereka menjadi korban anak buah yang lebih berpengalaman dan cerdik untuk memperpendek masa kepemimpinannya. Inilah kenyataan yang sedang terjadi di negeri ini.
Semua kehancuran ini berpunca dari kehancuran akhlak dan kedhaifan iman yang mereka miliki. Kebanyakan manusia sudah menuhankan nafsu sebagai pengendali diri mereka. Akhlak Nabi SAW ditukar kepada akhlak Yahudi, sehingga semua perbuatan dianggap halal menurut versi mereka dan terjadilah kiamat di seluruh sendi kehidupan bangsa. Ini penyakit kronis yang layaknya harus diamputasi secepat mungkin agar tidak melebar ke bahagian tubuh yang lain. Sayangnya para koruptor besar selalu bebas murni dan terus menghirup udara segar di luar terali besi karena diback-up dengan uang dan bagi hasil uang haram itu dengan pihak-pihak yang berwenang.
Namun ketika yang melakukan kesalahan itu orang-orang kecil mereka wajib mendekam dalam hotel prodeo karena tidak sanggup membagi kue haram yang tersisa. Inilah dunia yang sedang menanti kiamat kubra. Demikian rapuhnya iman jika berhadapan dengan uang atau materi. Demikian lemahnya iman apabila berhadapan dengan wanita cantik dan jabatan basah. Iman diperjualbelikan dengan sejumlah rupiah dan dolar, agama digadaikan demi jabatan dan kemewahan dunia, marwah dipermainkan, harga diri luluh lantak dan berantakan sesuai dengan fee haram yang tidak jelas ujung pangkalnya.
Banyak ahli ilmu teknik, ahli perang dan pertanian sekarang mengurus masalah agama, banyak ahli kesehatan mengurus masalah ekonomi, banyak ahli agama sekarang berkecimpung untuk mengurus negara dan politik, banyak ahli politik mengurus masalah pendidikan dan keuangan, banyak ahli ekonomi sekarang mengurus masalah kesehatan, dan banyak ahli pendidikan dan ahli tasawuf dipersilakan menangani masalah tender proyek atau pengadaan barang dan jasa. Demikianlah seterusnya yang berlaku sekarang ini yang semua itu melahirkan manusia-manusia unprofessional mengurus masalah-masalah yang tidak memiliki ilmu dengannya. Inilah yang menyebabkan kiamat atau kehancuran. Makanya tidak perlu bingung melihat orang-orang golongan bawah memiliki rumah mewah, mobil mewah, dan beberapa orang istri yang cantik, dan memiliki lahan-lahan yang luas dan berharga. Jangan heran pula orang yang bergaji rendah memiliki kekayaan melebihi menteri dan presiden.
Ahli parlemen lebih banyak berkecimpung dalam masalah proyek, kepala negara, kepada daerah, kepala desa sudah lebih jauh mencampuri yang bukan kaplingnya. Hutan sebagai pelindung kehidupan manusia sejagat ditebang seperti menebang pohon jati dalam kebunnya, taman-taman laut dirusak demi uang, isi laut dijarah dengan sebebas-bebasnya, gunung-gunung diratakan demi pembangunan tanpa menghiraukan akibatnya, pajak-pajak dikenakan di semua sektor tetapi kas negara tidak pernah bertambah, rumah-rumah pejabat bak istana Malacanang (di Filipina) dan istana-istana raja di Timur Tengah, mobil-mobil mewah dimiliki oleh pejabat, anak-anak mereka semua belajar di luar negeri sementara anak-anak bumiputra tersebar di sekolah-sekolah pemerintah yang mutu dan kualitasnya seperti sekolah zaman Socrates. Inilah nuansa kehidupan manusia yang beradab di tengah-tengah umat yang sedang hancur peradabannya.
Dalam Islam kita dianjurkan untuk salat berjama’ah karena dengan demikian pahala akan diperoleh berlipat ganda. Tetapi fenomena yang nampak sekarang ini, shalat berjam’ah ditinggalkan, tetapi sebaliknya yang terjadi korupsi secara berjama’ah supaya aman dan rahasia tidak terbongkar. Kejahatan dilakukan dengan berjama’ah, pembunuhan dilakukan secara massal (berjama’ah), hak anak yatim, fakir miskin, kaum dhua’fa, dana mesjid, meunasah, dan dana sosial dijarah secara berjama’ah pula. Semua ini merupakan langkah-langkah untuk mengundang kiamat.
Tetapi ingatlah tidak banyak orang atau sahabat yang akan mampu membezuk kita ketika berada dalam sel atau penjara. Banyak kawan ketika kita sedang berkuasa dan memiliki uang dan harta tetapi sedikit sekali kawan yang hadir ketika kita susah dan merana. Nuansa ini merupakan bahagian terkecil pemandangan akhirat. Negeri akhirat harus melalui pemeriksaan yang amat ketat dan tidak ada seorang pun kawan dan pengacara yang mampu membela kita kecuali amal ibadah di dunia. Keamanan dan keselesaan di akhirat sangat tergantung pada kehidupan duniawi yang sedang kita tuai, oleh karena itu apa yang sedang ditanam atau disemai sekarang ini maka itulah yang akan dipetik nanti.
Hasil pemilu 9 April 2009 telah melahirkan sejumlah wajah baru yang akan menduduki kursi parlemen baik peringkat lokal maupun peringkat nasional. Tetapi khusus untuk Aceh hampir enam puluh persen terdiri dari wajah-wajah baru. Persoalannya adalah, apakah mereka semua profesional, jujur, amanah, dan pantaskah untuk menduduki posisi baru karena mereka kebanyakannya adalah lulus paket C, atau dengan memiliki latar belakang pendidikan yang sangat minim? Atau mereka mencoba-coba sambil belajar selama lima tahun ke depan, mungkinkah semua ini bisa dicapai hasil yang maksimal? Bagaimana dengan hadis Nabi SAW di atas? Ke mana umat ini akan dibawa? Semua jawaban ini sudah ada pada lubuk hati konstituen yang telah memilih mereka baik sadar atau tidak sadar.
Jika hasilnya tidak sesuai dengan harapan bangsa dan negara, bukankah ini akan mengundang proses terjadinya kiamat dalam tempo yang paling dekat? Camkanlah wahai ulul albab dan manusia-manusia yang memiliki hati nurani, sebab persoalan ini bukanlah hal biasa dan tidak dapat dilakukan secara sim salabim atau seperti membalik telapak tangan. Idrus Marham, doktor Ilmu Politik Fakultas Ilmu politik UGM mengatakan bahwa hanya 40 persen anggota DPR-RI yang berkualitas dan memenuhi syarat, sementara 60 persen lagi harus dipertanyakan kredibilitasnya (MI, 19/1). Dan masalah yang sama sekarang juga terjadi di Aceh, maka apa sebenarnya yang akan terjadi terhadap bangsa dan umat kita ini? Model kiamat yang bagaimana akan terjadi? Jawablah sendiri wahai bangsa yang beradab!
Kita masih ingat pepatah orang Aceh tempo dulu selama masa penjajahan yang mengecam dan memaki mereka karena ketidakadilan dan kebiadabannya. Misalnya, teuka ampon syik cok blasteng si tali, watee troh ampon Ali blasteng si rupia. (Artinya ketika orang lain berkuasa kita dikenakan pajak setali, tetapi ketika kita memerintah malah kita kenakan pajak satu rupiah). Apa beda antara yang dulu dan sekarang, jangan-jangan ketika kita berkuasa malah rakyat lebih meuteng paneng (lebih menderita) atau lebih sengsara. Pepatah ini bisa dijadikan acuan kepada siapa pun yang berkuasa atau yang mengendalikan negara. Jangan sampai kita secara tidak sadar hati nurani kita akan berkata bahwa penjajah lebih baik daripada bangsa sendiri. Kepemimpinan mereka lebih disiplin daripada kita sendiri. Ini perlu dicamkan dan direnungkan secara mendalam agar tidak membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar.
Perlu diingat bahwa amanah itu bertanggung jawab bukan hanya kepada manusia tetapi LPJ-nya harus dibentangkan di hadapan Allah kelak. Setiap orang yang telah diberi amanah sebagai pemimpin bangsa/umat maka tanggung jawabnya maha berat oleh karena itu sebelum menghadapi pemeriksaan Yang Maha Dahsyat di hadapan mahkamah-Nya, maka muhasabahlah selama masih hidup di dunia ini. Bapak Gubernur, Bapak Bupati, Bapak Walikota dan Bapak-bapak yang DPR/DPRA/DPRK hati-hatilah dalam menjalankan tugas umat agar tidak terperosok kaki masuk ke dalam penjara Allah di hari kiamat nanti.
Bukti dan realitas telah wujud hampir seluruh pejabat publik/negara di Indonesia dan khususnya Aceh ketika mengakhiri masa tugasnya bukan pulang ke rumah untuk menikmati masa pensiun, tetapi kebanyakan mereka kembali ke dalam penjara untuk menebus dosa selama berkuasa. Kenyataan ini berbalik seratus persen, karena kebanyakan orang yang telah masuk penjara dan keluar menjadi pemimpin politik atau pemimpin bangsa seperti yang terjadi Aceh. Tetapi sekarang yang paling celaka setelah bersenang-senang dan menikmati hidup sebagai pemimpin bangsa akhirnya masuk penjara karena korupsi dan mencuri uang rakyat. Sungguh memalukan dan menjengkelkan memang. Oleh karena itu kemana pun kita pergi, di manapun kita bertugas, apapun pangkat dan jabatan kita maka iman itu perlu dibawa ke mana saja agar tidak menjadi budak nafsu yang hanya mengejar kemuliaan dan kesenangan semu yang tak berujung.n

Oleh Muhammad AR, Kepala Lembaga Kajian Anti Korupsi IAIN Ar-Raniry


0 komentar:

Posting Komentar

Page